2.5.
Keputusan Individual dan Kelompok
Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individual
atau kelompok, tergantung bagaimana sifat dan corak permasalahannya. Keputusan
individual dibuat oleh seorang pemimpin sendirian, sedangkan keputusan kelompok
dibuat sekelompok orang. Keputusan kelompok dibedakan dalam :
a)
Sekelompok pimpinan
b)
Sekelompok orang-orang bersama
pimpinannya.
c)
Sekelompok orang yang mempunyai
kedudukan sama dan keputusan kelompok
- Keputusan yang dibuat oleh seseorang
Kebaikannya antara lain :
1.
Keputusannya cepat ditentukan
atau diambil, karena tidak usah menunggu persetujuan dari rekan lainnya.
2.
Tidak akan terjadi pertentangan
pendapat
3.
Kalau pimpinan ya ng mengambil
keputusan itu mempunyai kemampuan yang
tinggi dan berpengalaman yang luas dalam bidang yang akan diputuskan,
keputusannya besar kemungkinan tepat.
Kelemahannya antara lain :
1.
Bagaimana kepandaian dan
kemampuan pimpinan tetapi pasti memiliki keterbatasan.
2.
Keputusan yang terlalu cepat
diambil dan tidak meminta pendapat orang lain seringkali kurang tepat.
3.
Jika terjadi kesalahan
pengambilan keputusan merupakan beban berat bagi pimpinan seorang diri.
- Keputusan yang dibuat oleh Sekelompok Orang
Kelebihannya antara lain :
1.
Hasil pemikiran beberapa orang
akan saling melengkapi
2.
Pertimbangannya akan lebih
matang
3.
Jika ada kesalahan pada
pengambilan keputusan tersebut, beban ditanggung secara bersama.
Kelemahannya antara lain :
1.
Ada kemingkinan
terjadi perbedaan pendapat
2.
Biasanya memakan waktu lama dan
berlarut-larut karena terjadi perdebatan-perdebatan
3.
Rasa tanggung jawab
masing-masing berkurang, dan ada kemungkinan saling melemparkan tanggung jawab
jika terjadi kesalahan.
Mengenai pembuatan keputusan individual dan kelompok Siagian menyatakan bahwa ada tiga
kekuatan yang selalu mempengaruhui suatu keputusan yang dibuat. Tiga kekuatan
itu :
1.
Dinamika individu di dalam
organisasi
Pengaruh individu dalam organisasi sangat terasa
terutama dalam hal ini adalah
pemimpinnya. Seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian
yang kuat, pendidikan yang tinggi, pengalaman ynag banyak akan memberi kesan
dan pengaruh yang besar terhadap bawahannya
2.
Dinamika kelompok orang-orang
di dalam organisasi
Dinamika kelompok mempunyai pengaruh besar, oleh karena
itu pemimpin hendaknya mengusahakan agar kelompok lebih cepat menjadi dewasa.
3.
Dinamika lingkungan organisasi
Pengaruh lingkungan juga memegang peranan yang cukup
penting untuk diperhatikan. Antara organisasi dan lingkungan itu saling
mempemgaruhi.
2.6.
Proses Pengambilan Keputusan
Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan
kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan
keputusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan. Proses
pengambilan keputusan meliputi :
- Identifikasi masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu
mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu organisasi.
- Pengumpulan dan penganalisis data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis
data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada.
- Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik,
maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya
selalu diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik
positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan
perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi
yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari
berbagai macam pengertian:
- Perkiraan dalam arti Proyeksi
Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data
yang telah terkumpul dan tersusun secara kronologis.
- Perkiraan dalam arti prediksi
Perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis
sebab akibat.
- Perkiraan dalam arti konjeksi
Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi
(perasaan). Intuisi disini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari
kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
- Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat
untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang
atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama
karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan berhasil atau
sebaliknya.
- Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin
harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak
yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.
- Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan
seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat.
BAB III
STUDI KASUS
Kasus yang menimpa Bibit dan Chandra pada saat ini
sedang menjadi sorotan public. Semua lapisan masyarakat mulai dari masyarakat
sipil, kalangan akademis hingga kalangan elit politik membicarakan kasus
tersebut. Kasus ini melibatkan pihak-pihak yang berada pada posisi-posisi
strategis dalam ranah hukum di Indonesia
yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), POLRI, dan Kejaksaan Agung. Semakin
hari kasus ini terus berkembang hingga menyebabkan masyarakat memiliki persepsi
bahwa kasus tersebut melibatkan institusi bukan pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya. Kisruh ini dapat diibaratkan seperti benang kusut. Antara Polri dan
KPK pun terus saling menjatuhkan dan merasa berada di pihak yang benar. Kasus
ini menuai banyak menuai pro dan kontra, banyak orang yang menaruh simpati pada
Bibit-Chandra. Mereka menganggap bahwa kasus ini adalah sebuah konspirasi untuk
menjatuhkan atau upaya untuk melemahkan KPK yang selama ini aktif memburu para
koruptor di negeri ini.
Karena kasus
tersebut tak kunjung selesai dan semakin berlarut-larut, membuat Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kepala Negara ikut mencoba menyelesaikan
masalah ini dengan menggunaakan wewenangnya untuk membentuk Tim Pencari Fakta
(TPF). KEPUTUSAN Presiden untuk membentuk tim independen tersebut merupakan
hasil pertemuan antara presiden dengan tokoh masyarakat pada hari Minggu (1/11)
malam di wisma Negara.
Selain karena wewenang yang dimilikinya, presiden
membentuk TPF pun berdasarkan fakta yang ada. Situasi seperti ini tidak baik
bagi keberlangsungan KPK sebagai tonggak pemberantasan korupsi dan tidak baik
pula untuk kehidupan bangsa dan Negara
karena adanya mistrust dan
distrust bukan hanya terhadap hukum di Indonesia tetapi juga kredibilitas
Polri, Jaksa, dan KPK. Kemudian selain dua alasan yang melatarbelakangi presiden
membentuk TPF, terdapat alasan lainnya yakni berdasarkan rasional yang ada,
dimana presiden berharap dengan dibentuknya TPF dapat segera menyelesaikan
kasus ini dengan transparan dan public dapat mengetahui fakta yang
sesungguhnya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah kami paparkan dalam makalah
ini dapat kami simpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang
sengaja, tidak secara kebetulan dan tidak boleh sembarangan dalam rangka
memecahkan masalah yang dihadapi suatu organisasi. Dimana pengambilan keputusan
ini ditanggung dan diputuskan oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan dan
untuk menghasilkan keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang
lengkap mengenai permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan
konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Selain informasi,
dalam penyelesaian masalah pun dibutuhkan perumusan masalah dengan baik.
Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan
konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan
dicari secara tepat, masalah tersebut akan lebih mudah untuk diselesaikan.
Dalam makalah ini
kami mengambil contoh kasus yang menimpa
Bibit-Chandra, yang pada intinya Presiden Republik Indonesia mengambil keputusan untuk
membentuk Tim Pencari Fakta (TPF).
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Presiden berdasarkan pada wewenang
yang dimiliki, rasional , dan fakta yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan
dasar teori pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Kasim, Azhar. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit
FE UI. 1995
Syamsi, Ibnu. Pengambilan Keputusan (Decision Making).
Jakarta : Bina
Aksara. 1989