Membedah Kitab Mbelgedes|Sung-Sang
Gerimis tak kunjung henti akibat
dampak dari perubahan iklim yang di tuding sebagai kambing hitam dalam cuaca
ekstrim di barengi dengan berbagai bencana terjadi dalam setahun ini,diam di
rumah mungkin bisa menjadi pilihan alternatif jitu untuk merilekskan otot dan
otak setelah sehari di perah cuma lantaran demi sebuah tanggung-jawab dan
urusan perut,maklum.. beginilah nasib saya sebagai kuli.
Malam boleh saja memberi dampak sepi
bagi sebagian orang namun tidak bagi duet Saya (Sang) dan Sung yang lagi ngopi
di warung Lek Ti. Yah..,itung-itung melepas kangen pada sobat karib setelah
sekian waktu ada di ambarawa tak apalah toh tak bakalan abis kopi lima gelas
cembung dalam semalem.
Nikmat memang..,meski nuansa malam
cuma di hias oleh obrolan-obrolan serba ndobol ala warungan sambil nonton
televisi yang acaranya makin njelehi tak ubahnya seperti lomba volume suara
yang tampak selalu keprek dan sumbang di telinga.
Berbagai liputan headline malampun
tak mau ketinggalan dan banyak menyuarakan petualang elit politik yang rupanya
makin merajai topik pembicaraan antar mulut tanpa mengenal
kalangan-derajat-pangkat ataupun batas ruang dan waktu meski ujung-ujungnya
lazim berhenti atau terlupakan akibat kesibukan dan permasalahan-permasalahan
lebih hot yang baru di up date.
“Untung gayus itu kembali,coba kalau
seperti Sri yang katanya lunga neng pasar tuku trasi jebul ora bali-bali di
dalam lagu campur sari Sri Minggat kae,mau di taruh mana raine wong nduwuran.” Lha..,lak
tenan to..,kata hatiku sambil ngakak-ngakak geli,namun kasihan jua melihat
mimik wajah sobat kental saya itu,kok sampai sebegitunya ya olehe nggagas
kondisi bangsa ini.
“Gayus itu kecil kang,ibaratnya cuma ikan teri dan di sekitare masih banyak ikan yang lebih gede” jawabku menghibur.
“Gayus itu kecil kang,ibaratnya cuma ikan teri dan di sekitare masih banyak ikan yang lebih gede” jawabku menghibur.
“Lha itu kamu tau teri..,tapi jangan
lantaran karena satu teri lantas cuma bisa di bikin rempeyek yang di makan satu
orangpun tak kan kenyang,mumpung ada yang ketangkep mestinya bisa di manfaatkan
untuk hal lebih baik dengan harapan hasil yang lebih baik pula,misalnya gunakan
ikan teri itu untuk memancing ikan gede atau kawananya”
“Ealaa..,jebule sampean ki terinspirasi dengan permohonan gayus yang katanya pernah ingin di beri kesempatan menjadi pejabat staf kepolisian atau masuk di tim Komisi Pemberantasan Korupsi Mafia Hukum dan Pajak itu tah,bukankah itu malah berbahaiya..,iya kalau ikan gedenya bisa ketangkep,lha kalau enggak..???”.
“Ealaa..,jebule sampean ki terinspirasi dengan permohonan gayus yang katanya pernah ingin di beri kesempatan menjadi pejabat staf kepolisian atau masuk di tim Komisi Pemberantasan Korupsi Mafia Hukum dan Pajak itu tah,bukankah itu malah berbahaiya..,iya kalau ikan gedenya bisa ketangkep,lha kalau enggak..???”.
Lanjutku “Bisa-bisa lakya malah
kujur,demikian pula niat untuk memancing kawanan teri,rasanya masih perlu
banyak pertimbangan apakah yakin kawanan teri yang jelas-jelas tau sedang di
pancing itu mau nggaglak umpan,kalaupun ada berarti itu cuma teri yang sudah
menyandang predikat guoblog of record”
“Hnah..itu yang jadi masalah,terlalu banyak teri bikin rugi berkeliaran di laut endonesa ini,mungkin sudah terlanjur ada di dalam pakem kitab mbhelgedes kalau sesama teri di larang mendahului dan konon ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa kekuatan sekawanan teri mampu menggulingkan sebuah kapal,bila cerita ini benar aku cuma kawatir kalau suatu saat nanti kekuasaan di negri ini bertekuk lutut di bawah kendali korupsi”
Kembali ku di buat kagum dengan pola pikir nyemek-nyemek sobat karibku ini,spontan kemurunganku pura-pura pasang aksi wajah sedih,mengapa saya cuma pura-pura sebab bukan rahasia lagi kalau masalah korupsi sudah menjadi perbincangan membosankan di Indonesia ini,di sedihkanpun jua percuma dan tiwas nelangsa nganggur.
“Hnah..itu yang jadi masalah,terlalu banyak teri bikin rugi berkeliaran di laut endonesa ini,mungkin sudah terlanjur ada di dalam pakem kitab mbhelgedes kalau sesama teri di larang mendahului dan konon ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa kekuatan sekawanan teri mampu menggulingkan sebuah kapal,bila cerita ini benar aku cuma kawatir kalau suatu saat nanti kekuasaan di negri ini bertekuk lutut di bawah kendali korupsi”
Kembali ku di buat kagum dengan pola pikir nyemek-nyemek sobat karibku ini,spontan kemurunganku pura-pura pasang aksi wajah sedih,mengapa saya cuma pura-pura sebab bukan rahasia lagi kalau masalah korupsi sudah menjadi perbincangan membosankan di Indonesia ini,di sedihkanpun jua percuma dan tiwas nelangsa nganggur.
Mungkin benar kata Kang Sung tadi
siang,mengikuti perkembangan soal pemberantasan korupsi di negri ini memang
njelehi dan ngguilani,sebentar-sebentar ada kabar pejabat anu di tangkap dan
besoknya pejabat asu di tangkap,lhawong yang korupsi banyak kok yang ketangkep
satu-dua dan akhir ceritanyapun bisa di pastikan mak pleketis persis seperti
cerita lama,begitu kata kang sung tadi siang.
“Lantas sekarang enaknya gimana
Kang..???”
“Jangan bertanya enaknya..,sebab tak ada enaknya di kita tapi cobalah berpikir gimana keadaan bangsa ini sekarang. Jelasnya tidak ada enak bagi kita rakyat melarat yang enak tentu saja yang korupsi lagian kita ini wong cilik,siapa tah yang percaya cangkemku karo cangkemu lawong cangkeme petinggi negri we gak di gagas..” Jawab Kang Sung yang menurut saya terlalu ndledek.
“Jangan bertanya enaknya..,sebab tak ada enaknya di kita tapi cobalah berpikir gimana keadaan bangsa ini sekarang. Jelasnya tidak ada enak bagi kita rakyat melarat yang enak tentu saja yang korupsi lagian kita ini wong cilik,siapa tah yang percaya cangkemku karo cangkemu lawong cangkeme petinggi negri we gak di gagas..” Jawab Kang Sung yang menurut saya terlalu ndledek.
“Tapi pada akhirnya toh gayus di
hukum jua meski menurut rakyat itu belum setimpal” sambungku yang jua turut
prihatin setelah melihat para penegak hukum di serang balik gayus dengan seribu
cerca dan tuntutanya.
“Ya..begitulah..,meski sudah jelas
di katakan dalam undang-undang bahwa negara ini adalah negara hukum tapi
nyatanya masih begitu mudah di perjual belikan dan ketika janji hanya bertindak
sebagai motorik yang terjadi hanyalah ketidak percayaan publik pada sistem
hukum yang berlaku dari waktu ke waktu. Ketika uang jadi segalanya,mampu
membeli apa saja seolah melunturkan arti semboyan keadilan harus di tegakan di
tengah carut marut lemahnya pengawasan pemerintah. Jangankan orang lain..,yang
bersangkutanpun mampu memutar balikan fakta hingga membuat penegak hukum
kelabakan bila sudah demikian siapa yang jadi teri dan siapa yang di adili
sulit di bedakan sebab semua sama”
“Yang bilang semua sama itu kamu
loh..,kalau ada pembaca komplin kamu yang tanggung jawab sebab menurutku apapun
keputusanya itulah langkah terbaik yang di ambil oleh penegak hukum”
Kang Sung cuma manggut-manggut
sambil nyaplok klenyem.
Sayapun merebahkan tubuh di lincak warung. Soalnya gak bisa pulang karena hujan tak kunjung reda meski jam sudah menunjukan pukul setengah dua.
Sayapun merebahkan tubuh di lincak warung. Soalnya gak bisa pulang karena hujan tak kunjung reda meski jam sudah menunjukan pukul setengah dua.