Lir ilir, Lir
ilir
Tandure wus
Sumilir
Tak ijo
royo-royo
Tak sengguh
temanten anyar
Cah angon, Cah
angon
Penekno
blimbing kuwi
Lunyu-lunyu
penekno
Kanggo mbasuh
dodotiro
Dodotiro,
Dodotiro
Kumitir bedah
ing pinggir
Dondomono
Jlumatono
Kanggo sebo
mengko sore
Mumpung padhang
rembulane
Mumpung Jembar
kalangane
Yo surako surak
iyo
Bagi masyarakat jawa yang notabene
berada dalam wilayah penyebaran Agama Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa,
tembang lagu diatas pasti sudah akrab di telinga kita. lagu ciptaan Kanjeng Sunan Kalijaga salah satu dari Wali
Songo ini kerap menjadi penghantar tidur atau tembang ini dinyanyikan sambil
bermain-main di kala kita masih kecil, saking sering di nyanyikan lagu ini
di waktu kecil, penulis jadi hapal, meskipun maknanya baru di ketahui ketika
penulis sudah menginjak dewasa.
Lir Ilir judul dari tembang diatas,
bukan sekedar tembang penghantar tidur saja atau tembang yang sering
dinyanyikan sambil bermain-main oleh anak-anak kecil di tanah jawa. tetapi tembang
lagu diatas mengandung makna yang sangat mendalam. tembang karya Kanjeng Sunan Kalijaga ini memberikan makna
dari hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang sangat indah.
Banyak orang mencoba untuk
mengartikan tembang lagu ini serta ingin menguraikan lebih jauh makna dari
tembang lagu karya Kanjeng Sunan Kalijaga itu, baik dalam konteks
penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa atau hakikat kehidupan yang terkandung
didalamnya.
Pada tulisan singkat ini penulis
hanya ingin mencoba sedikit menguraikan makna dari tembang tersebut, namun jika
ada kekurangan dan kesalahan dalam mengartikannya, maka semua ini adalah karena
keterbatasan penulis dalam memahaminya, semoga ALLAH
SWT memaafkan dan jika semua ini ada kebaikan tentu semata-mata
datangnya hanya dari ALLAH SWT.
Tembang ini diawali dengan Lir ilir yang artinya bangunlah, bangunlah
atau bisa diartikan sebagai sadarlah. Kita diminta bangun dari keterpurukan,
bangun dari sipat malas untuk mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh ALLAH SWT dalam diri kita, karena itu
digambarkan dengan Tandure wus sumilir
atau tanaman yang mulai bersemi dan pohon-pohon yang mulai menghijau bagaikan Tak ijo royo-royo. Semua itu tergantung
pada diri kita masing-masing, apakah mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman
kita mati atau bangun dan terus berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut
hingga besar dan mendapatkan kebahagian seperti bahagianya pengantin baru atau Tak sengguh temanten anyar.
Cah angon, Cah angon atau anak gembala, yang artinya kita telah diberi sesuatu
oleh ALLAH SWT untuk kita gembalakan
yaitu "HATI", bisakah kita gembalakan hati kita ini dari dorongan
hawa nafsu yang demikian kuatnya, si anak gembala diminta untuk memanjat pohon
belimbing atau Penekno blimbing kuwi
yang notabene buah belimbing itu bergerigi lima buah, dalam hal ini sebagai
gambaran dari Lima Rukun Islam.
Pohon belimbing itu memang licin dan
meskipun dalam keadaan susah untuk melaksanakannya, kita harus bisa memanjatnya
sekuat tenaga yang artinya kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun
halangan dan resikonya bagaikan Lunyu-lunyu
penekno. lalu apa gunanya semua ini ? semua ini berguna untuk
mencuci pakaian kita atau Kanggo mbasuh
dodotiro yang bermakna bahwa pakaian itu ibarat taqwa dan pakaian
taqwa ini lah yang harus di bersihkan.
Dodotiro, Dodotiro yang
berarti adalah pakaian taqwa kita memang harus di bersihkan, yang jelek-jelek
harus kita singkirkan dan kita tinggalkan. namun sebagai manusia biasa pakaian
taqwa itu terkadang rusak atau terkoyak-koyak seperti Kumitir bedah ing pinggir sehingga perlu
perbaikan untuk menjahitnya dan dibenahi kembali bagaikan Dondomono, Jlumatono agar menjadi pakaian yang
indah, karena sebaik-baiknya pakaian adalah pakaian taqwa pada diri kita. Kanggo sebo mengko sore atau untuk menghadapi
nanti sore, kata ini mempunyai makna bahwa suatu saat kita semua
pasti akan mati, karena itu kita selalu diminta untuk memperbaiki pakaian taqwa
kita, agar kelak kita siap ketika dipanggil menghadap kehadirot ALLAH SWT.
Mumpung padhang
rembulane, Mumpung Jembar
kalangane atau mumpung padang rembulannya dan mumpung banyak waktu
luangnya, kata-kata ini mengandung arti bahwa ketika pintu hidayah masih
terbuka lebar, dan ketika masih banyak kesempatan karena diberi umur yang masih
menempel pada hayat kita maka pergunakanlah waktu dan kesempatan itu untuk bisa
memperbaiki diri agar senantiasa selalu bertaqwa kepada ALLAH SWT. Selanjutnya Yo surako surak iyo
atau bersoraklah dengan sorakan iya untuk menyambut seruan ini dengan
sorak sorai, mari lah kita terapkan Syariat Islam sebagai tanda kebahagian.
